Sabtu, 30 November 2013

Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara: ETNOLOGI, GEOLOGI, BIOLOGI


Pulau Manado Tua bersama Pulau Bunaken, Siladen, Mantehage, dan Nani merupakan gugusan pulau yang membentuk Taman Nasional Bunaken-Manado. Taman nasional sekira 89.065 hektar ini terletak tidak jauh dari Kota Manado, ibu kota Provinsi Sulawesi Utara. Pulau Manado Tua adalah sebuah gunungapi yang seolah terapung di atas laut yang mengelilinginya, membentuk pulau gunungapi atau pulau volkanik, yang dinamakan Pulau Manado Tua atau Gunung Manado Tua. Di sebelah timurnya ada pulau volkanik lain yang lebih terkenal tetapi tak membentuk morfologi gunung: Pulau Bunaken. Laut di antara Gunung Manado Tua dan Pulau Bunaken itulah Taman Laut Bunaken yang sangat terkenal itu.

ETNOLOGI

Konon Pulau/Gunung Manado Tua adalah tempat pertama yang sesungguhnya bernama Manado. Pulau ini pertama kali dihuni oleh sekelompok orang yang berasal dari Mindanao, Filipina yang melarikan diri dari sebuah peperangan. Karena perahu mereka dilanda badai, maka mereka terdampar di pulau ini. Pulau ini kemudian dinamai “Man narou” atau “Mana’undou” yang bisa berarti “masih haus” atau “di jauh” dalam bahasa mereka. Kemudian namanya menjadi “Manadu/Manado” dalam literatur-literatur Belanda, misalnya dalam “Beschrijving der Moluccas” (Valentijin, 1724).


Maka disebutlah pulau gunungapi ini Manado. Menurut penelitian-penelitian yang dilakukan para ahli kebudayaan lokal (misalnya oleh Geraldine Manoppo-Watupongoh, Soleman Montori, Tutty Kahimpong), pulau ini pertama kali dihuni tahun 1339 M. Tahun 1523 para penduduknya berpindah ke Wenang (Manado sekarang). Lalu tahun 1682 nama Wenang berubah menjadi Manado dan nama pulau volkanik Manado itu sendiri menjadi Manado Tua (maksudnya Manado lama).

Begitulah cerita etnologi Manado Tua. Kini Manado Tua termasuk wilayah kecamatan Bunaken Kepulauan; terdiri atas dua kelurahan, yaitu kelurahan Manado Tua Satu dan Manado Tua Dua.

GEOLOGI

Pulau Manado Tua adalah sebuah gunungapi nonaktif, entah tidur panjang sekali atau sudah mati tidak diketahui. Tinggi gunung ini sekitar 750 meter di atas muka laut. Seperti Pulau Bunaken, pulau Manado Tua dominan disusun tuf atau abu volkanik yang membatu. Tidak ditemukan lubang kepundan atau kawah di puncaknya. Yang ada di puncaknya justru adalah sebuah lubang galian sedalam sekitar 20 meter, bekas orang menggali konon untuk mencari harta yang menurut isu disembunyikan Belanda di puncak gunung ini.

Tak banyak publikasi detail soal geologi dan vulkanologi Manado Tua, memang ini gunungapi nonaktif. Apakah ia pernah aktif dengan lubang kawah ke dapur magmanya, atau gunung ini sekedar gumuk/bukit piroklastika tidak diketahui dengan pasti. Manado Tua dan Bunaken bisa saja dulu merupakan satu gunungapi yang telah meletus, Bunaken adalah sisa dataran kawahnya, sementara Manado Tua bagian tubuh gunungapi besar yang tersisa. Spekulasi ini akan mengharuskan bahwa bekas kawah utamanya akan berada di antara Manado Tua dan Bunaken, atau di area Taman Laut Bunaken sekarang.

Tumbuhnya kompleks terumbu karang yang menjadi andalan Taman Laut Bunaken menunjukkan bahwa paling tidak sejak sepuluh ribu tahun yang lalu area ini bukan area aktif volkanik sehingga hewan-hewan karang (scleractinian corals) bisa tumbuh subur di sini. Pada Plistosen, 1 juta- 10.000 tahun yang lalu, mungkin saja Manado Tua merupakan gunungapi aktif.

Gunung-gunungapi aktif sekarang di Sulawesi Utara bergeser ke sisi selatan dan timur, misalnya Mahawu, Lokon, Soputan; juga banyak gejala-gejala volkanisme tidur namun masih aktif yang ditunjukkan di ujung Lengan Sulawesi Utara ini yang memberika gejala-gejala panasbumi (geotermal) misalnya di area Tomohon, danau Linau, Bukit Kasih, yang sebagian dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga panasbumi Lahendong. Gunung-gunungapi aktif Sulawesi Utara sekarang membentuk busur kepulauan, yang dibentuk oleh menunjamnya segmen lempeng samudera Halmahera ke sebelah barat ke bawah segmen lempeng Sangihe.

BIOLOGI

Pulau Manado Tua, khususnya perairan di sekitarnya pernah menghentak dunia ilmu pengetahuan ketika pada tahun 1998 seekor ikan yang digolongkan purba ditemukan di sini. Ikan ini dari ordo ikan terkenal “Coelacanths” yang diduga telah punah sejak 65 juta tahun yang lalu, pada ujung zaman Kapur ketika para dinosaurus lenyap dari Bumi. Sebenarnya hentakan pertama terjadi 60 tahun sebelumnya ketika pada tahun 1938 untuk pertama kalinya di dunia ditemukan Coelacanth hidup di perairan sebelah timur Afrika di sekitar Madagaskar. Ikan “purba” ini dari genus Latimeria, dengan nama spesies Latimeria chalumnae.

Lalu pada tahun1998 ditemukan spesies lain Coelacanths yaitu di perairan Manado Tua yang dinamai Latimeria menadoensis (artinya: Latimeria asal Manado). Tidak seperti ikan pada umumnya, Coelacanths bernafas dengan susunan seperti paru-paru juga dengan sirip-sirip seperti empat kaki (tetrapoda), sehingga Coelacanths lebih mirip reptilia atau mamalia laut, daripada ikan pada umumnya.


Di seluruh dunia, hanya dua spesies Coelacanths hidup itulah yang ada atau telah ditemukan sampai saat ini. Satu di perairan Samudera Hindia Barat yaitu di perairan sekitar Madagskar, Afrika; dan satu lagi di perairan Samudera Hindia Timur yaitu di perairan Manado Tua, Indonesia.

Semoga bermanfaat...


sumber